Jumat, November 30, 2007

Khutbah Idul Fitri 1428 H

SILATURAHIM SEBAGAI PENGUAT PERSAUDARAAN ISLAM

Sungguh teramat pantas apabila Puja dan Puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Pada pagi hari yang mulia ini, kita hadir di majelis ini untuk menandai datangnya Hari Raya Idul Fitri. Meskipun ada sebagian saudara-saudara kita yang telah merayakan Idul Fitri pada hari kemarin. Tapi Insya Allah itu semua tidak mengurangi syiar, khidmat dan keberkahan Idul Fitri yang kita lalui pada hari ini. Semoga para malaikat yang menyaksikan peristiwa sholat Idul Fitri di tempat ini, mencatat semua amal ibadah dan kesungguhan serta kekhusyuan yang kita lakukan di tempat ini, untuk kemudian dilaporkan kepada Allah SWT untuk dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Amin Ya Robbal Alamin.

Allahu Akbar 3x, Walillahilhamdu

Jamaah Sholat Idul Fitri yang berbahagia !

Kedatangan Idul Fitri adalah pertanda dari kepergian bulan Ramadhan, bulan yang penuh keistimewaan. Bulan yang penuh kesucian dan bulan yang penuh keberkahan. Bulan dimana saat-saat setiap kaum muslimin dibangkitkan hatinya untuk mendekat ke haribaan Ilahi. Bulan dimana setiap hati dimudahkan dan digerakkan untuk melaksanakan kebajikan. Masjid dan musholla semarak dengan berbagai kegiatan ibadah. Sholat Isya dan tarawih begitu ramai dengan jamaah. Wajah-wajah saudara kita yang lama tidak berjumpa, sekitar sebelas bulan tidak bertemu, telah dipertemukan dengan wasilah ibadah di masjid atau musholla. Hari-hari juga diisi dengan menjaga hati, menjauhi segala kemaksiatan dan segala perilaku yang akan merusak makna shaum kita. Bulan ramadhan juga kita hiasi dengan tadarus Al-Qur’an. Sebagian di antara kita juga mengadakan pengajian dan kajian-kajian agama. Sungguh Bulan Ramadhan ini dipenuhi suasana ibadah yang indah.

Suasana televisi, radio, majalah, koran dan berbagai media massa lainnya juga diisi dengan berbagai acara dan program yang penuh nuansa relijius. Jalan-jalan dan pusat keramaian juga dipenuhi simbol-simbol yang mendukung suasana ibadah yang sedang kita jalani di bulan Ramadhan. Sehingga dimana-mana tampak betapa syiar ramadhan membangkitkan suasana keagamaan yang meningkat.

Bahkan pada bulan Ramadhan, segala bentuk kebaikan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Amal-amal sunnah dibalas dengan pahala amal yang wajib, bahkan dibandingkan berbuat keburukan, maka tidur saja dihitung sebagai ibadah. Di Dalam bulan Ramadhan disediakan tiga proses per sepuluh harian. Sepuluh hari pertama dialirkan Rahmat, sepuluh hari kedua dibagikan Maghfirah dan sepuluh hari terakhir dibebaskan kita dari api neraka. Adakah bulan-bulan lain yang seindah dan sebaik bulan Ramadhan ?

Tapi kini, bulan Ramadhan yang mulia tersebut telah pergi. Ia hanya akan kembali setahun lagi. Itupun jika Allah SWT masih memberi jatah usia kepada kita. Selamat jalan Ramadhan ! Selamat jalan bulan teragung ! Keindahanmu akan kami kenang. Bulan Ramadhan adalah bulan peningkatan kualitas kita sekaligus bulan penggemblengan diri kita semua. Ujian sesungguhnya yang akan kita hadapi adalah pada bulan-bulan selanjutnya. Mampukah kita terus menjaga semangat ramadhan pada bulan-bulan selanjutnya. Karena sesungguhnya ujian untuk menilai kita, yaitu menilai apakah kita termasuk hamba-hamba yang taat adalah sepanjang hidup kita, bukan hanya di bulan Ramadhan.

Artinya: ”(Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS. Al-Mulk (67) : 2)

Pada bulan-bulan selanjutnya kita akan senantiasa mampu melaksanakan sholat fardlu lima waktu. Karena pada bulan Ramadhan kita telah dilatih, bukan hanya mengerjakan sholat fardlu lima waktu, kitapun dilatih dengan mengerjakan sholat sunnah seperti melaksanakan sholat tarawih. Pada bulan-bulan selanjutnya kita akan mampu menjauhi segala makanan dan minuman yang haram, karena pada bulan ramadhan kita bukan hanya dilatih menjauhi makanan dan minuman yang haram, tetapi juga makanan dan minuman yang halal, akan tetapi karena belum waktunya, maka sepanjang hari selama hampir 14 jam kita mampu menjauhinya. Pada bulan-bulan selanjutnya kita akan mampu menjauhi kemaksiatan seperti berzina dan pergaulan bebas, mencuri atau korupsi dan berjudi, karena pada bulan ramadhan kita telah dilatih untuk menjaga mata dan kemaluan, menjaga perilaku serta menjaga hati kita agar senantiasa merasa tetap diawasi oleh Allah Azza wa Jalla yang Maha Menyaksikan.

Allahu Akbar 3x Walillahil Hamdu !

Jamaah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah !

Kepergian ramadhan dan kedatangan Idul Fitri 1 Syawal ditandai dengan Takbir, Tasbih dan Tahmid yang kita kumandangkan. Untuk memuja dan memuji Allah sekaligus mengagungkan Asma Allah yang telah memberikan segala kekuatan kepada kita sehingga kita mampu melewati Ramadhan dan mengantarkan kita kepada 1 Syawal. Sebuah bentuk pengakuan akan segala kebesaran Allah. Dengan takbir yang kita kumandangkan, kita mengakui bahwa Allah lah pemilik segala kebesaran, kekuasaan dan kesombongan. Tidak boleh ada kekuasaan dan ketergantungan lain dalam hidup kita, kecuali kepada Allah Rabbul Izati. Tidak boleh kita takluk kepada kekuasaan manusia lain, tidak boleh kita tunduk kepada kekayaan atau materi dan tidak boleh kita menyembah kepada jin, gunung, batu-batu, pohon dan segala bentuk keramat yang diciptakan oleh kita sendiri. Karena yang patut disembah dan diagungkan hanyalah Allah SWT saja.

Kitapun tidak diperkenankan secara diam-diam membangun kesombongan dalam hati kita. Berbekal ketampanan atau kecantikan, berbekal pengetahuan atau keterampilan yang kita miliki, atau berbekal kekayaan dan kedudukan yang kita miliki, tanpa kita sadari telah bersemayam kesombongan dalam dada kita. Karena semua yang kita miliki atau kita peroleh, semuanya berasal dari Allah. Allah sajalah yang pantas sombong dalam kehidupan ini.

Allah SWT berfirman :

“Dan Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. “ (QS. Lukman : 18)

Rasulullah saw bersabda :

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong, walaupun hanya sebesar dzarrah (atom)” (HR. Muslim)

Setelah melewati berpuasa selama sebulan, dimana seluruh dosa-dosa hambanya yang berpuasa dengan penuh keimanan dan keikhlasan akan diampuni. Bagi manusia yang telah melaksanakan shaum sebulan penuh dengan penuh kesungguhan, maka dosa-dosanya akan dihapuskan. Dan sebagai penyempurnanya kita disunahkan untuk meminta maaf kepada sesama manusia, karena Allah hanya akan mengampuni dosa sesama manusia, manakala manusia lainnya itu juga telah mengampuni. Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan suasana Idul Fitri ini untuk saling meminta maaf kepada sesama manusia, khususnya kepada manusia yang kita pernah berbuat khilaf dan salah. Sehingga kita betul-betul kembali suci, kembali kepada fitrah kita yang semula, seperti bayi yang baru dilahirkan.

Memohon maaf adalah suatu kehormatan kepada kita yang pernah berbuat salah. Kita tidak perlu malu dan merasa rendah diri untuk meminta maaf, karena di hadapan Allah siapa saja yang lebih dahulu meminta maaf lebih tinggi dan lebih mulia. Bahkan seandainyapun kita tidak merasa berbuat salah, maka meminta maaf menunjukkan kebesaran hati kita dan keluhuran kita untuk selalu waspada dan hati-hati, jangan-jangan kita tanpa sengaja pernah menyinggung atau menyakiti saudara kita. Dan kepada kita yang dimintai permohonan maaf, maka sudah seharusnya apabila kita mudahkan orang lain untuk dimaafkan kesalahannya. Janganlah kita menjadi manusia yang sulit memaafkan kesalahan orang lain. Janganlah kita menjadi manusia pendendam. Karena setiap kali kita menyimpan dendam, berarti kita telah menyimpan bibit-bibit masalah dalam hati kita yang akan membuat hati kita tidak akan pernah tenang. Siapa saja yang menyimpan dendam, maka akan sulit untuk mencapai kebahagiaan. Kalau perlu bahkan kita maafkan kesalahan orang lain, sebelum orang lain tersebut meminta maaf kepada kita.

Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an :

Artinya : ”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali-Imran (3) : 133 -134)

Idul Fitri ini membangkitkan semangat untuk menjalinkan silaturahim di antara kita. Betapa indahnya jika pada Idul Fitri ini, seorang suami meminta maaf kepada istrinya, begitu pula seorang istri meminta maaf kepada suaminya. Pada Idul fitri ini juga anak-anak diharapkan meminta maaf kepada orang tuanya. Kepada saudara-saudara kita yang telah terputus persaudaraan dan persahabatan selama ini, maka kita dianjurkan untuk menyambungkan kembali. Kepada tetangga kita yang sudah lama terputus, maka kita dianjurkan untuk mempertautkan kembali.

Kehebatan silaturahim ini dapat kita lihat pada budaya mudik yang berkembang dalam masyarakat kita. Tidak sedikit di antara kita yang begitu memberikan makna penting silaturahim melalui mudik. Hasil mencari nafkah selama berbulan-bulan di kota-kota besar seringkali direlakan untuk membiayai perjalanan dan kegiatan selama mudik. Saudara-saudara kita yang lain harus rela berdesak-desakan di bis, kereta api dan kapal laut dalam rangka mudik guna mempererat silaturahim. Bahkan resiko kecelakaan dan ancaman nyawa seringkali dikalahkan demi mengusahakan sampai ke kampung halaman guna mempererat silaturahim dan tali persaudaraan ini.

Jika pada hari-hari biasanya, kita sekeluarga dengan saudara-saudara kita berpisah dimana saja sesuai pekerjaan dan tempat mencari nafkah yang kita peroleh, yaitu mengembangkan budaya ”Kumpul ora Kumpul Mangan”, maka pada Idul fitri ini kita kembali pada budaya ”Mangan ora mangan Kumpul”, yaitu budaya bertemu dan bersilaturahim secara bersama-sama. Mudik adalah sebuah tradisi yang penuh sentuhan jiwa. Sebuah panggilan akan kehangatan suasana sekeluarga pada masa kecil dan masa kanak-kanak, saat kita bersama-sama. Mengenang kebersamaan kita dengan kakak dan adik-adik saat kedua orang tua kita masih muda. Dengan apa yang ada dalam rumah tangga kita, menikmati semuanya secara bersama. Mudik juga adalah panggilan kehangatan kita kepada kerabat dan tetangga kita di kampung halaman. Mengenang masa kecil saat bermain bersama dan kunjung mengunjungi dalam suasana yang dekat dan penuh persaudaraan. Sungguh ini merupakan romantisme yang secara emosional sering hadir dalam suasana Idul fitri.

Tali silaturahim ini juga bukan hanya kita sambungkan kembali kepada orang-orang yang masih hidup, akan tetapi juga kepada yang telah mendahului kita. Khususnya kepada kedua orang tua kita. Kita datangi kuburnya, kita doakan mereka dan kita kenang segala kebaikannya. Karena kadang pada hari-hari biasa, saat kita disibukkan dengan segala urusan kita, maka orang tua dan saudara-saudara kita yang telah meninggal terlupakan untuk sekedar kita doakan. Maka kesempatan mudik dan Idul Fitri memberikan kita untuk melakukan itu semua.

Dengan penguatan tali silaturahim melalui kunjung-mengunjungi, saling meminta maaf dan saling mendo’akan, maka tali ukhuwah Islamiyah juga akan ikut menguat. Dengan penguatan tali silaturahim, maka persaudaraan Islam juga akan semakin meningkat. Karena pada dasarnya kita sebagai sesama muslim adalah bersaudara.

Allah SWT berfirman :

Artinya : ”Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat (49) : 10)

Rasulullah saw juga bersabda :

Artinya : ”Perumpamaan orang yang beriman yang saling mencintai dan saling menyayangi serta saling mengasihi bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota menderita sakit, maka yang lain ikut merasakan sehingga tidak bisa tidur dan merasa demam”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Terjalinnya persaudaraan Islam yang kokoh akan mendukung terbentuknya masyarakat yang kuat. Masyarakat yang tidak mudah dipecahbelah dan diadu domba. Yaitu masyarakat yang saling menghargai dan penuh toleransi. Setiap perbedaan akan disikapi dengan cara yang dewasa, bukan dihadapi dengan cara emosi dan membesar-besarkan perbedaan dan pertentangan.

Masyarakat yang penuh suasana persaudaraan Islam adalah masyarakat yang lebih mengutamakan bekerja keras untuk berbuat kebajikan. Setiap orang disibukkan dengan berlomba-lomba dalam berbuat baik. Mereka saling tolong menolong dalam menyeru kepada yang ma’ruf dan menjauhi perbuatan nista dan cela. Setiap orang akan memanfaatkan apa yang dalam dirinya atau dimilikinya untuk memberi manfaat bagi sekelilingnya.

Masyarakat yang penuh persaudaraan Islam bukanlah masyarakat yang saling menonjolkan diri pada hal-hal yang tidak penting atau tidak berguna dan salah. Seperti berbangga-bangga tentang kekayaan, ketampanan dan kecantikan serta gaya hidup yang menyimpang dari Jalan Ilahi. Akan tetapi masyarakat yang lebih banyak berlomba untuk lebih banyak beribadah kepada Allah, lebih banyak beramal sholeh, berusaha keras untuk menafkahi keluarga dengan jalan yang halal dan senantiasa untuk mengukir prestasi positif dan memebrikan manfaat dalam kehidupan serta lingkungan sosial.

Semoga Momentum Idul Fitri ini akan memperbaiki seluruh tali silaturahim di antara keluarga kita, memperbaiki tali persaudaraan dengan tetangga kita dan tali persaudaraan di antara sesama umat Islam dan umat manusia pada umumnya. Amin

Marilah kita berdo’a bersama- sama :

Ya Allah, Ya Rabbana, kami yang berkumpul di majelis ini datang karena memenuhi seruan-Mu. Melaksanakan salah satu perintah-Mu, mensyiarkan agama-Mu dan mengagungkan Nama-Mu.

Ya Allah Ya Rabbana, segala pujian, takbir dan tahmid yang kami lafalkan semoga menjadi pengakuan kebesaran-Mu, Memuji segala kekuasaan yang ada pada-Mu dan Mensucikan segala kemuliaan-Mu.

Duhai Allah yang Maha Melihat,

Sungguh Engkau Tahu, betapa banyak kesalahan telah kami lakukan, betapa banyak kekhilafan dan kealpaan pernah kami perbuat, betapa banyak dosa-dosa pernah kami kerjakan. Baik yang diketahui orang lain, maupun dosa-dosa yang hanya Engkau Yang Mengetahui-Nya. Dosa-dosa yang kami kerjakan sejak kami masih kecil, dosa yang kami kerjakan pada masa remaja dan dosa yang kami lakukan hinggalah dewasa kini. Ampunilah semua dosa-dosa kami Ya Allah, Sebab, kepada siapa lagi kami hendak memohonkan Ampun, kecuali kepada Engkau Ya Allah. Meskipun kami diliputi dosa, kami memberanikan diri untuk memohonkan ampun kepada-Mu Ya Allah.

Ya Allah Yang Maha Menyaksikan,

Ampunilah dosa kedua orang tua kami, yang telah membesarkan dan mendidik kami sejak dari kecil sampai kami berumah tangga. Bahkan setelah berumah tanggapun kadang kami masih merepotkan mereka berdua. Kasihilah kedua orang tua kami yang telah melakukan berbagai pengorbanan demi kebahagian kami, meskipun kadang kami masih menyakitinya, meskipun kadang kami kurang memperhatikannya, meskipun kadang kami melukai hatinya. Apabila mereka berdua telah meninggal dunia Ya Allah, terangilah kuburnya, mudahkan hisabnya, bebaskan dosanya dan masukkanlah kedua orang tua kami ke dalam surga-Mu Ya Allah. Ya Allah maafkan dan ampuni kami, apabila pada hari ini tidak mampu mengunjungi orantua kami, karena kesulitan hidup kami.

Ya Allah Ya Rabbana, Ampunilah dosa kakak dan adik kami, dosa keluarga dan kerabat kami, baik yang dekat maupun kerabat yang jauh. Ampunilah dosa guru-guru kami, yang mengajari kami mengenal huruf hijaiyah, yang mengajari kami mengenal huruf latin dan mampu mengeja kata, yang mengajari kami berbagai pengetahuan, yang mengajari kami kesalehan dan ketakwaan, yang kadang-kadang namanya sudah kami lupakan. Yang mungkin pernah kami sakiti atau yang penah kami benci. Ampunilah dosa-dosa mereka Ya Allah, hapuskan dosa-dosa mereka karena kebaikan yang pernah diberikan kepada kami.

Ya Allah Ya Rabbana, Ampunilah dosa istri atau suami kami, Jadikanlah istri kami, istri yang shalihah. Jadikanlah suami kami suami yang shalih. Istri-istri yang tidak mengkhianati suaminya dan suami-suami yang tidak mengkhianati istrinya. Jadikanlah istri atau suami kami sebagai pemberi ketenangan dan kebahagiaan bagi kami, sekaligus pengingat kami, apabila kami lalai.

Ya Allah Ampunilah dosa anak-anak kami. Jadikanlah anak-anak kami, anak-anak yang shaleh, anak-anak yang cerdas, anak-anak yang berakhlak mulia dan anak-anak yang senantiasa berbakti kepada kedua orang tuanya. Anak-anak yang dapat menjadi pelanjut dakwah Islam, yang senantiasa mengajak kepada kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Jadikanlah kualitas anak-anak kami lebih baik dari generasi kami di hadapan-Mu Ya Allah.

Ya Allah Ya Rabbana, tanamkanlah jiwa persaudaraan di dalam dada kami. Sebuah semangat untuk saling mencintai dan menghargai dengan sudara-saudara kami demi mengharapkan cinta dan ridlo dari-Mu Ya Allah. Tanamkanlah semangat persaudaraan ke dalam dada kaum muslimin untuk bersama-sama meninggikan kalimat-Mu di muka bumi ini. Tanamkanlah semangat persaudaraan antar sesama pada bangsa Indonesia, baik rakyatnya, maupun para pemimpinnya, khususnya dalam menghadapi situasi aneka bencana baik bencana alam, bencana kecelakaan, maupun bencana sosial. Jauhkan kami dari pertentangan, dan dekatkan kami dalam mencari solusi untuk mengatasi masalah saudara-saudara kami dan bangsa kami.

Ya Allah pertemukanlah kami, orang tua kami, istri atau suami kami, anak-anak kami, keluarga, para guru dan para pemimpin yang shalih di surga nanti dengan para nabi dan rasul, para shiddiqiin, para shuhada serta para shalihin. Ya Allah masukkan kami ke dalam jannah-Mu.

Masjid Al-Muhajirian, Yayasan Al-Munawwarah
Bukit Pamulang Indah


Ahmad Juwaini


Khutbah Idul Fitri 1428 H

SILATURAHIM SEBAGAI PENGUAT PERSAUDARAAN ISLAM

Sungguh teramat pantas apabila Puja dan Puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Pada pagi hari yang mulia ini, kita hadir di majelis ini untuk menandai datangnya Hari Raya Idul Fitri. Meskipun ada sebagian saudara-saudara kita yang telah merayakan Idul Fitri pada hari kemarin. Tapi Insya Allah itu semua tidak mengurangi syiar, khidmat dan keberkahan Idul Fitri yang kita lalui pada hari ini. Semoga para malaikat yang menyaksikan peristiwa sholat Idul Fitri di tempat ini, mencatat semua amal ibadah dan kesungguhan serta kekhusyuan yang kita lakukan di tempat ini, untuk kemudian dilaporkan kepada Allah SWT untuk dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Amin Ya Robbal Alamin.

Allahu Akbar 3x, Walillahilhamdu

Jamaah Sholat Idul Fitri yang berbahagia !

Kedatangan Idul Fitri adalah pertanda dari kepergian bulan Ramadhan, bulan yang penuh keistimewaan. Bulan yang penuh kesucian dan bulan yang penuh keberkahan. Bulan dimana saat-saat setiap kaum muslimin dibangkitkan hatinya untuk mendekat ke haribaan Ilahi. Bulan dimana setiap hati dimudahkan dan digerakkan untuk melaksanakan kebajikan. Masjid dan musholla semarak dengan berbagai kegiatan ibadah. Sholat Isya dan tarawih begitu ramai dengan jamaah. Wajah-wajah saudara kita yang lama tidak berjumpa, sekitar sebelas bulan tidak bertemu, telah dipertemukan dengan wasilah ibadah di masjid atau musholla. Hari-hari juga diisi dengan menjaga hati, menjauhi segala kemaksiatan dan segala perilaku yang akan merusak makna shaum kita. Bulan ramadhan juga kita hiasi dengan tadarus Al-Qur’an. Sebagian di antara kita juga mengadakan pengajian dan kajian-kajian agama. Sungguh Bulan Ramadhan ini dipenuhi suasana ibadah yang indah.

Suasana televisi, radio, majalah, koran dan berbagai media massa lainnya juga diisi dengan berbagai acara dan program yang penuh nuansa relijius. Jalan-jalan dan pusat keramaian juga dipenuhi simbol-simbol yang mendukung suasana ibadah yang sedang kita jalani di bulan Ramadhan. Sehingga dimana-mana tampak betapa syiar ramadhan membangkitkan suasana keagamaan yang meningkat.

Bahkan pada bulan Ramadhan, segala bentuk kebaikan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Amal-amal sunnah dibalas dengan pahala amal yang wajib, bahkan dibandingkan berbuat keburukan, maka tidur saja dihitung sebagai ibadah. Di Dalam bulan Ramadhan disediakan tiga proses per sepuluh harian. Sepuluh hari pertama dialirkan Rahmat, sepuluh hari kedua dibagikan Maghfirah dan sepuluh hari terakhir dibebaskan kita dari api neraka. Adakah bulan-bulan lain yang seindah dan sebaik bulan Ramadhan ?

Tapi kini, bulan Ramadhan yang mulia tersebut telah pergi. Ia hanya akan kembali setahun lagi. Itupun jika Allah SWT masih memberi jatah usia kepada kita. Selamat jalan Ramadhan ! Selamat jalan bulan teragung ! Keindahanmu akan kami kenang. Bulan Ramadhan adalah bulan peningkatan kualitas kita sekaligus bulan penggemblengan diri kita semua. Ujian sesungguhnya yang akan kita hadapi adalah pada bulan-bulan selanjutnya. Mampukah kita terus menjaga semangat ramadhan pada bulan-bulan selanjutnya. Karena sesungguhnya ujian untuk menilai kita, yaitu menilai apakah kita termasuk hamba-hamba yang taat adalah sepanjang hidup kita, bukan hanya di bulan Ramadhan.

Artinya: ”(Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS. Al-Mulk (67) : 2)

Pada bulan-bulan selanjutnya kita akan senantiasa mampu melaksanakan sholat fardlu lima waktu. Karena pada bulan Ramadhan kita telah dilatih, bukan hanya mengerjakan sholat fardlu lima waktu, kitapun dilatih dengan mengerjakan sholat sunnah seperti melaksanakan sholat tarawih. Pada bulan-bulan selanjutnya kita akan mampu menjauhi segala makanan dan minuman yang haram, karena pada bulan ramadhan kita bukan hanya dilatih menjauhi makanan dan minuman yang haram, tetapi juga makanan dan minuman yang halal, akan tetapi karena belum waktunya, maka sepanjang hari selama hampir 14 jam kita mampu menjauhinya. Pada bulan-bulan selanjutnya kita akan mampu menjauhi kemaksiatan seperti berzina dan pergaulan bebas, mencuri atau korupsi dan berjudi, karena pada bulan ramadhan kita telah dilatih untuk menjaga mata dan kemaluan, menjaga perilaku serta menjaga hati kita agar senantiasa merasa tetap diawasi oleh Allah Azza wa Jalla yang Maha Menyaksikan.

Allahu Akbar 3x Walillahil Hamdu !

Jamaah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah !

Kepergian ramadhan dan kedatangan Idul Fitri 1 Syawal ditandai dengan Takbir, Tasbih dan Tahmid yang kita kumandangkan. Untuk memuja dan memuji Allah sekaligus mengagungkan Asma Allah yang telah memberikan segala kekuatan kepada kita sehingga kita mampu melewati Ramadhan dan mengantarkan kita kepada 1 Syawal. Sebuah bentuk pengakuan akan segala kebesaran Allah. Dengan takbir yang kita kumandangkan, kita mengakui bahwa Allah lah pemilik segala kebesaran, kekuasaan dan kesombongan. Tidak boleh ada kekuasaan dan ketergantungan lain dalam hidup kita, kecuali kepada Allah Rabbul Izati. Tidak boleh kita takluk kepada kekuasaan manusia lain, tidak boleh kita tunduk kepada kekayaan atau materi dan tidak boleh kita menyembah kepada jin, gunung, batu-batu, pohon dan segala bentuk keramat yang diciptakan oleh kita sendiri. Karena yang patut disembah dan diagungkan hanyalah Allah SWT saja.

Kitapun tidak diperkenankan secara diam-diam membangun kesombongan dalam hati kita. Berbekal ketampanan atau kecantikan, berbekal pengetahuan atau keterampilan yang kita miliki, atau berbekal kekayaan dan kedudukan yang kita miliki, tanpa kita sadari telah bersemayam kesombongan dalam dada kita. Karena semua yang kita miliki atau kita peroleh, semuanya berasal dari Allah. Allah sajalah yang pantas sombong dalam kehidupan ini.

Allah SWT berfirman :

“Dan Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. “ (QS. Lukman : 18)

Rasulullah saw bersabda :

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong, walaupun hanya sebesar dzarrah (atom)” (HR. Muslim)

Setelah melewati berpuasa selama sebulan, dimana seluruh dosa-dosa hambanya yang berpuasa dengan penuh keimanan dan keikhlasan akan diampuni. Bagi manusia yang telah melaksanakan shaum sebulan penuh dengan penuh kesungguhan, maka dosa-dosanya akan dihapuskan. Dan sebagai penyempurnanya kita disunahkan untuk meminta maaf kepada sesama manusia, karena Allah hanya akan mengampuni dosa sesama manusia, manakala manusia lainnya itu juga telah mengampuni. Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan suasana Idul Fitri ini untuk saling meminta maaf kepada sesama manusia, khususnya kepada manusia yang kita pernah berbuat khilaf dan salah. Sehingga kita betul-betul kembali suci, kembali kepada fitrah kita yang semula, seperti bayi yang baru dilahirkan.

Memohon maaf adalah suatu kehormatan kepada kita yang pernah berbuat salah. Kita tidak perlu malu dan merasa rendah diri untuk meminta maaf, karena di hadapan Allah siapa saja yang lebih dahulu meminta maaf lebih tinggi dan lebih mulia. Bahkan seandainyapun kita tidak merasa berbuat salah, maka meminta maaf menunjukkan kebesaran hati kita dan keluhuran kita untuk selalu waspada dan hati-hati, jangan-jangan kita tanpa sengaja pernah menyinggung atau menyakiti saudara kita. Dan kepada kita yang dimintai permohonan maaf, maka sudah seharusnya apabila kita mudahkan orang lain untuk dimaafkan kesalahannya. Janganlah kita menjadi manusia yang sulit memaafkan kesalahan orang lain. Janganlah kita menjadi manusia pendendam. Karena setiap kali kita menyimpan dendam, berarti kita telah menyimpan bibit-bibit masalah dalam hati kita yang akan membuat hati kita tidak akan pernah tenang. Siapa saja yang menyimpan dendam, maka akan sulit untuk mencapai kebahagiaan. Kalau perlu bahkan kita maafkan kesalahan orang lain, sebelum orang lain tersebut meminta maaf kepada kita.

Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an :

Artinya : ”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali-Imran (3) : 133 -134)

Idul Fitri ini membangkitkan semangat untuk menjalinkan silaturahim di antara kita. Betapa indahnya jika pada Idul Fitri ini, seorang suami meminta maaf kepada istrinya, begitu pula seorang istri meminta maaf kepada suaminya. Pada Idul fitri ini juga anak-anak diharapkan meminta maaf kepada orang tuanya. Kepada saudara-saudara kita yang telah terputus persaudaraan dan persahabatan selama ini, maka kita dianjurkan untuk menyambungkan kembali. Kepada tetangga kita yang sudah lama terputus, maka kita dianjurkan untuk mempertautkan kembali.

Kehebatan silaturahim ini dapat kita lihat pada budaya mudik yang berkembang dalam masyarakat kita. Tidak sedikit di antara kita yang begitu memberikan makna penting silaturahim melalui mudik. Hasil mencari nafkah selama berbulan-bulan di kota-kota besar seringkali direlakan untuk membiayai perjalanan dan kegiatan selama mudik. Saudara-saudara kita yang lain harus rela berdesak-desakan di bis, kereta api dan kapal laut dalam rangka mudik guna mempererat silaturahim. Bahkan resiko kecelakaan dan ancaman nyawa seringkali dikalahkan demi mengusahakan sampai ke kampung halaman guna mempererat silaturahim dan tali persaudaraan ini.

Jika pada hari-hari biasanya, kita sekeluarga dengan saudara-saudara kita berpisah dimana saja sesuai pekerjaan dan tempat mencari nafkah yang kita peroleh, yaitu mengembangkan budaya ”Kumpul ora Kumpul Mangan”, maka pada Idul fitri ini kita kembali pada budaya ”Mangan ora mangan Kumpul”, yaitu budaya bertemu dan bersilaturahim secara bersama-sama. Mudik adalah sebuah tradisi yang penuh sentuhan jiwa. Sebuah panggilan akan kehangatan suasana sekeluarga pada masa kecil dan masa kanak-kanak, saat kita bersama-sama. Mengenang kebersamaan kita dengan kakak dan adik-adik saat kedua orang tua kita masih muda. Dengan apa yang ada dalam rumah tangga kita, menikmati semuanya secara bersama. Mudik juga adalah panggilan kehangatan kita kepada kerabat dan tetangga kita di kampung halaman. Mengenang masa kecil saat bermain bersama dan kunjung mengunjungi dalam suasana yang dekat dan penuh persaudaraan. Sungguh ini merupakan romantisme yang secara emosional sering hadir dalam suasana Idul fitri.

Tali silaturahim ini juga bukan hanya kita sambungkan kembali kepada orang-orang yang masih hidup, akan tetapi juga kepada yang telah mendahului kita. Khususnya kepada kedua orang tua kita. Kita datangi kuburnya, kita doakan mereka dan kita kenang segala kebaikannya. Karena kadang pada hari-hari biasa, saat kita disibukkan dengan segala urusan kita, maka orang tua dan saudara-saudara kita yang telah meninggal terlupakan untuk sekedar kita doakan. Maka kesempatan mudik dan Idul Fitri memberikan kita untuk melakukan itu semua.

Dengan penguatan tali silaturahim melalui kunjung-mengunjungi, saling meminta maaf dan saling mendo’akan, maka tali ukhuwah Islamiyah juga akan ikut menguat. Dengan penguatan tali silaturahim, maka persaudaraan Islam juga akan semakin meningkat. Karena pada dasarnya kita sebagai sesama muslim adalah bersaudara.

Allah SWT berfirman :

Artinya : ”Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat (49) : 10)

Rasulullah saw juga bersabda :

Artinya : ”Perumpamaan orang yang beriman yang saling mencintai dan saling menyayangi serta saling mengasihi bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota menderita sakit, maka yang lain ikut merasakan sehingga tidak bisa tidur dan merasa demam”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Terjalinnya persaudaraan Islam yang kokoh akan mendukung terbentuknya masyarakat yang kuat. Masyarakat yang tidak mudah dipecahbelah dan diadu domba. Yaitu masyarakat yang saling menghargai dan penuh toleransi. Setiap perbedaan akan disikapi dengan cara yang dewasa, bukan dihadapi dengan cara emosi dan membesar-besarkan perbedaan dan pertentangan.

Masyarakat yang penuh suasana persaudaraan Islam adalah masyarakat yang lebih mengutamakan bekerja keras untuk berbuat kebajikan. Setiap orang disibukkan dengan berlomba-lomba dalam berbuat baik. Mereka saling tolong menolong dalam menyeru kepada yang ma’ruf dan menjauhi perbuatan nista dan cela. Setiap orang akan memanfaatkan apa yang dalam dirinya atau dimilikinya untuk memberi manfaat bagi sekelilingnya.

Masyarakat yang penuh persaudaraan Islam bukanlah masyarakat yang saling menonjolkan diri pada hal-hal yang tidak penting atau tidak berguna dan salah. Seperti berbangga-bangga tentang kekayaan, ketampanan dan kecantikan serta gaya hidup yang menyimpang dari Jalan Ilahi. Akan tetapi masyarakat yang lebih banyak berlomba untuk lebih banyak beribadah kepada Allah, lebih banyak beramal sholeh, berusaha keras untuk menafkahi keluarga dengan jalan yang halal dan senantiasa untuk mengukir prestasi positif dan memebrikan manfaat dalam kehidupan serta lingkungan sosial.

Semoga Momentum Idul Fitri ini akan memperbaiki seluruh tali silaturahim di antara keluarga kita, memperbaiki tali persaudaraan dengan tetangga kita dan tali persaudaraan di antara sesama umat Islam dan umat manusia pada umumnya. Amin

Marilah kita berdo’a bersama- sama :

Ya Allah, Ya Rabbana, kami yang berkumpul di majelis ini datang karena memenuhi seruan-Mu. Melaksanakan salah satu perintah-Mu, mensyiarkan agama-Mu dan mengagungkan Nama-Mu.

Ya Allah Ya Rabbana, segala pujian, takbir dan tahmid yang kami lafalkan semoga menjadi pengakuan kebesaran-Mu, Memuji segala kekuasaan yang ada pada-Mu dan Mensucikan segala kemuliaan-Mu.

Duhai Allah yang Maha Melihat,

Sungguh Engkau Tahu, betapa banyak kesalahan telah kami lakukan, betapa banyak kekhilafan dan kealpaan pernah kami perbuat, betapa banyak dosa-dosa pernah kami kerjakan. Baik yang diketahui orang lain, maupun dosa-dosa yang hanya Engkau Yang Mengetahui-Nya. Dosa-dosa yang kami kerjakan sejak kami masih kecil, dosa yang kami kerjakan pada masa remaja dan dosa yang kami lakukan hinggalah dewasa kini. Ampunilah semua dosa-dosa kami Ya Allah, Sebab, kepada siapa lagi kami hendak memohonkan Ampun, kecuali kepada Engkau Ya Allah. Meskipun kami diliputi dosa, kami memberanikan diri untuk memohonkan ampun kepada-Mu Ya Allah.

Ya Allah Yang Maha Menyaksikan,

Ampunilah dosa kedua orang tua kami, yang telah membesarkan dan mendidik kami sejak dari kecil sampai kami berumah tangga. Bahkan setelah berumah tanggapun kadang kami masih merepotkan mereka berdua. Kasihilah kedua orang tua kami yang telah melakukan berbagai pengorbanan demi kebahagian kami, meskipun kadang kami masih menyakitinya, meskipun kadang kami kurang memperhatikannya, meskipun kadang kami melukai hatinya. Apabila mereka berdua telah meninggal dunia Ya Allah, terangilah kuburnya, mudahkan hisabnya, bebaskan dosanya dan masukkanlah kedua orang tua kami ke dalam surga-Mu Ya Allah. Ya Allah maafkan dan ampuni kami, apabila pada hari ini tidak mampu mengunjungi orantua kami, karena kesulitan hidup kami.

Ya Allah Ya Rabbana, Ampunilah dosa kakak dan adik kami, dosa keluarga dan kerabat kami, baik yang dekat maupun kerabat yang jauh. Ampunilah dosa guru-guru kami, yang mengajari kami mengenal huruf hijaiyah, yang mengajari kami mengenal huruf latin dan mampu mengeja kata, yang mengajari kami berbagai pengetahuan, yang mengajari kami kesalehan dan ketakwaan, yang kadang-kadang namanya sudah kami lupakan. Yang mungkin pernah kami sakiti atau yang penah kami benci. Ampunilah dosa-dosa mereka Ya Allah, hapuskan dosa-dosa mereka karena kebaikan yang pernah diberikan kepada kami.

Ya Allah Ya Rabbana, Ampunilah dosa istri atau suami kami, Jadikanlah istri kami, istri yang shalihah. Jadikanlah suami kami suami yang shalih. Istri-istri yang tidak mengkhianati suaminya dan suami-suami yang tidak mengkhianati istrinya. Jadikanlah istri atau suami kami sebagai pemberi ketenangan dan kebahagiaan bagi kami, sekaligus pengingat kami, apabila kami lalai.

Ya Allah Ampunilah dosa anak-anak kami. Jadikanlah anak-anak kami, anak-anak yang shaleh, anak-anak yang cerdas, anak-anak yang berakhlak mulia dan anak-anak yang senantiasa berbakti kepada kedua orang tuanya. Anak-anak yang dapat menjadi pelanjut dakwah Islam, yang senantiasa mengajak kepada kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Jadikanlah kualitas anak-anak kami lebih baik dari generasi kami di hadapan-Mu Ya Allah.

Ya Allah Ya Rabbana, tanamkanlah jiwa persaudaraan di dalam dada kami. Sebuah semangat untuk saling mencintai dan menghargai dengan sudara-saudara kami demi mengharapkan cinta dan ridlo dari-Mu Ya Allah. Tanamkanlah semangat persaudaraan ke dalam dada kaum muslimin untuk bersama-sama meninggikan kalimat-Mu di muka bumi ini. Tanamkanlah semangat persaudaraan antar sesama pada bangsa Indonesia, baik rakyatnya, maupun para pemimpinnya, khususnya dalam menghadapi situasi aneka bencana baik bencana alam, bencana kecelakaan, maupun bencana sosial. Jauhkan kami dari pertentangan, dan dekatkan kami dalam mencari solusi untuk mengatasi masalah saudara-saudara kami dan bangsa kami.

Ya Allah pertemukanlah kami, orang tua kami, istri atau suami kami, anak-anak kami, keluarga, para guru dan para pemimpin yang shalih di surga nanti dengan para nabi dan rasul, para shiddiqiin, para shuhada serta para shalihin. Ya Allah masukkan kami ke dalam jannah-Mu.

Masjid Al-Muhajirian, Yayasan Al-Munawwarah
Bukit Pamulang Indah


Ahmad Juwaini


Khutbah Idul Fitri 1428 H

SILATURAHIM SEBAGAI PENGUAT PERSAUDARAAN ISLAM

Sungguh teramat pantas apabila Puja dan Puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Pada pagi hari yang mulia ini, kita hadir di majelis ini untuk menandai datangnya Hari Raya Idul Fitri. Meskipun ada sebagian saudara-saudara kita yang telah merayakan Idul Fitri pada hari kemarin. Tapi Insya Allah itu semua tidak mengurangi syiar, khidmat dan keberkahan Idul Fitri yang kita lalui pada hari ini. Semoga para malaikat yang menyaksikan peristiwa sholat Idul Fitri di tempat ini, mencatat semua amal ibadah dan kesungguhan serta kekhusyuan yang kita lakukan di tempat ini, untuk kemudian dilaporkan kepada Allah SWT untuk dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Amin Ya Robbal Alamin.

Allahu Akbar 3x, Walillahilhamdu

Jamaah Sholat Idul Fitri yang berbahagia !

Kedatangan Idul Fitri adalah pertanda dari kepergian bulan Ramadhan, bulan yang penuh keistimewaan. Bulan yang penuh kesucian dan bulan yang penuh keberkahan. Bulan dimana saat-saat setiap kaum muslimin dibangkitkan hatinya untuk mendekat ke haribaan Ilahi. Bulan dimana setiap hati dimudahkan dan digerakkan untuk melaksanakan kebajikan. Masjid dan musholla semarak dengan berbagai kegiatan ibadah. Sholat Isya dan tarawih begitu ramai dengan jamaah. Wajah-wajah saudara kita yang lama tidak berjumpa, sekitar sebelas bulan tidak bertemu, telah dipertemukan dengan wasilah ibadah di masjid atau musholla. Hari-hari juga diisi dengan menjaga hati, menjauhi segala kemaksiatan dan segala perilaku yang akan merusak makna shaum kita. Bulan ramadhan juga kita hiasi dengan tadarus Al-Qur’an. Sebagian di antara kita juga mengadakan pengajian dan kajian-kajian agama. Sungguh Bulan Ramadhan ini dipenuhi suasana ibadah yang indah.

Suasana televisi, radio, majalah, koran dan berbagai media massa lainnya juga diisi dengan berbagai acara dan program yang penuh nuansa relijius. Jalan-jalan dan pusat keramaian juga dipenuhi simbol-simbol yang mendukung suasana ibadah yang sedang kita jalani di bulan Ramadhan. Sehingga dimana-mana tampak betapa syiar ramadhan membangkitkan suasana keagamaan yang meningkat.

Bahkan pada bulan Ramadhan, segala bentuk kebaikan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Amal-amal sunnah dibalas dengan pahala amal yang wajib, bahkan dibandingkan berbuat keburukan, maka tidur saja dihitung sebagai ibadah. Di Dalam bulan Ramadhan disediakan tiga proses per sepuluh harian. Sepuluh hari pertama dialirkan Rahmat, sepuluh hari kedua dibagikan Maghfirah dan sepuluh hari terakhir dibebaskan kita dari api neraka. Adakah bulan-bulan lain yang seindah dan sebaik bulan Ramadhan ?

Tapi kini, bulan Ramadhan yang mulia tersebut telah pergi. Ia hanya akan kembali setahun lagi. Itupun jika Allah SWT masih memberi jatah usia kepada kita. Selamat jalan Ramadhan ! Selamat jalan bulan teragung ! Keindahanmu akan kami kenang. Bulan Ramadhan adalah bulan peningkatan kualitas kita sekaligus bulan penggemblengan diri kita semua. Ujian sesungguhnya yang akan kita hadapi adalah pada bulan-bulan selanjutnya. Mampukah kita terus menjaga semangat ramadhan pada bulan-bulan selanjutnya. Karena sesungguhnya ujian untuk menilai kita, yaitu menilai apakah kita termasuk hamba-hamba yang taat adalah sepanjang hidup kita, bukan hanya di bulan Ramadhan.

Artinya: ”(Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS. Al-Mulk (67) : 2)

Pada bulan-bulan selanjutnya kita akan senantiasa mampu melaksanakan sholat fardlu lima waktu. Karena pada bulan Ramadhan kita telah dilatih, bukan hanya mengerjakan sholat fardlu lima waktu, kitapun dilatih dengan mengerjakan sholat sunnah seperti melaksanakan sholat tarawih. Pada bulan-bulan selanjutnya kita akan mampu menjauhi segala makanan dan minuman yang haram, karena pada bulan ramadhan kita bukan hanya dilatih menjauhi makanan dan minuman yang haram, tetapi juga makanan dan minuman yang halal, akan tetapi karena belum waktunya, maka sepanjang hari selama hampir 14 jam kita mampu menjauhinya. Pada bulan-bulan selanjutnya kita akan mampu menjauhi kemaksiatan seperti berzina dan pergaulan bebas, mencuri atau korupsi dan berjudi, karena pada bulan ramadhan kita telah dilatih untuk menjaga mata dan kemaluan, menjaga perilaku serta menjaga hati kita agar senantiasa merasa tetap diawasi oleh Allah Azza wa Jalla yang Maha Menyaksikan.

Allahu Akbar 3x Walillahil Hamdu !

Jamaah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah !

Kepergian ramadhan dan kedatangan Idul Fitri 1 Syawal ditandai dengan Takbir, Tasbih dan Tahmid yang kita kumandangkan. Untuk memuja dan memuji Allah sekaligus mengagungkan Asma Allah yang telah memberikan segala kekuatan kepada kita sehingga kita mampu melewati Ramadhan dan mengantarkan kita kepada 1 Syawal. Sebuah bentuk pengakuan akan segala kebesaran Allah. Dengan takbir yang kita kumandangkan, kita mengakui bahwa Allah lah pemilik segala kebesaran, kekuasaan dan kesombongan. Tidak boleh ada kekuasaan dan ketergantungan lain dalam hidup kita, kecuali kepada Allah Rabbul Izati. Tidak boleh kita takluk kepada kekuasaan manusia lain, tidak boleh kita tunduk kepada kekayaan atau materi dan tidak boleh kita menyembah kepada jin, gunung, batu-batu, pohon dan segala bentuk keramat yang diciptakan oleh kita sendiri. Karena yang patut disembah dan diagungkan hanyalah Allah SWT saja.

Kitapun tidak diperkenankan secara diam-diam membangun kesombongan dalam hati kita. Berbekal ketampanan atau kecantikan, berbekal pengetahuan atau keterampilan yang kita miliki, atau berbekal kekayaan dan kedudukan yang kita miliki, tanpa kita sadari telah bersemayam kesombongan dalam dada kita. Karena semua yang kita miliki atau kita peroleh, semuanya berasal dari Allah. Allah sajalah yang pantas sombong dalam kehidupan ini.

Allah SWT berfirman :

“Dan Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. “ (QS. Lukman : 18)

Rasulullah saw bersabda :

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong, walaupun hanya sebesar dzarrah (atom)” (HR. Muslim)

Setelah melewati berpuasa selama sebulan, dimana seluruh dosa-dosa hambanya yang berpuasa dengan penuh keimanan dan keikhlasan akan diampuni. Bagi manusia yang telah melaksanakan shaum sebulan penuh dengan penuh kesungguhan, maka dosa-dosanya akan dihapuskan. Dan sebagai penyempurnanya kita disunahkan untuk meminta maaf kepada sesama manusia, karena Allah hanya akan mengampuni dosa sesama manusia, manakala manusia lainnya itu juga telah mengampuni. Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan suasana Idul Fitri ini untuk saling meminta maaf kepada sesama manusia, khususnya kepada manusia yang kita pernah berbuat khilaf dan salah. Sehingga kita betul-betul kembali suci, kembali kepada fitrah kita yang semula, seperti bayi yang baru dilahirkan.

Memohon maaf adalah suatu kehormatan kepada kita yang pernah berbuat salah. Kita tidak perlu malu dan merasa rendah diri untuk meminta maaf, karena di hadapan Allah siapa saja yang lebih dahulu meminta maaf lebih tinggi dan lebih mulia. Bahkan seandainyapun kita tidak merasa berbuat salah, maka meminta maaf menunjukkan kebesaran hati kita dan keluhuran kita untuk selalu waspada dan hati-hati, jangan-jangan kita tanpa sengaja pernah menyinggung atau menyakiti saudara kita. Dan kepada kita yang dimintai permohonan maaf, maka sudah seharusnya apabila kita mudahkan orang lain untuk dimaafkan kesalahannya. Janganlah kita menjadi manusia yang sulit memaafkan kesalahan orang lain. Janganlah kita menjadi manusia pendendam. Karena setiap kali kita menyimpan dendam, berarti kita telah menyimpan bibit-bibit masalah dalam hati kita yang akan membuat hati kita tidak akan pernah tenang. Siapa saja yang menyimpan dendam, maka akan sulit untuk mencapai kebahagiaan. Kalau perlu bahkan kita maafkan kesalahan orang lain, sebelum orang lain tersebut meminta maaf kepada kita.

Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an :

Artinya : ”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali-Imran (3) : 133 -134)

Idul Fitri ini membangkitkan semangat untuk menjalinkan silaturahim di antara kita. Betapa indahnya jika pada Idul Fitri ini, seorang suami meminta maaf kepada istrinya, begitu pula seorang istri meminta maaf kepada suaminya. Pada Idul fitri ini juga anak-anak diharapkan meminta maaf kepada orang tuanya. Kepada saudara-saudara kita yang telah terputus persaudaraan dan persahabatan selama ini, maka kita dianjurkan untuk menyambungkan kembali. Kepada tetangga kita yang sudah lama terputus, maka kita dianjurkan untuk mempertautkan kembali.

Kehebatan silaturahim ini dapat kita lihat pada budaya mudik yang berkembang dalam masyarakat kita. Tidak sedikit di antara kita yang begitu memberikan makna penting silaturahim melalui mudik. Hasil mencari nafkah selama berbulan-bulan di kota-kota besar seringkali direlakan untuk membiayai perjalanan dan kegiatan selama mudik. Saudara-saudara kita yang lain harus rela berdesak-desakan di bis, kereta api dan kapal laut dalam rangka mudik guna mempererat silaturahim. Bahkan resiko kecelakaan dan ancaman nyawa seringkali dikalahkan demi mengusahakan sampai ke kampung halaman guna mempererat silaturahim dan tali persaudaraan ini.

Jika pada hari-hari biasanya, kita sekeluarga dengan saudara-saudara kita berpisah dimana saja sesuai pekerjaan dan tempat mencari nafkah yang kita peroleh, yaitu mengembangkan budaya ”Kumpul ora Kumpul Mangan”, maka pada Idul fitri ini kita kembali pada budaya ”Mangan ora mangan Kumpul”, yaitu budaya bertemu dan bersilaturahim secara bersama-sama. Mudik adalah sebuah tradisi yang penuh sentuhan jiwa. Sebuah panggilan akan kehangatan suasana sekeluarga pada masa kecil dan masa kanak-kanak, saat kita bersama-sama. Mengenang kebersamaan kita dengan kakak dan adik-adik saat kedua orang tua kita masih muda. Dengan apa yang ada dalam rumah tangga kita, menikmati semuanya secara bersama. Mudik juga adalah panggilan kehangatan kita kepada kerabat dan tetangga kita di kampung halaman. Mengenang masa kecil saat bermain bersama dan kunjung mengunjungi dalam suasana yang dekat dan penuh persaudaraan. Sungguh ini merupakan romantisme yang secara emosional sering hadir dalam suasana Idul fitri.

Tali silaturahim ini juga bukan hanya kita sambungkan kembali kepada orang-orang yang masih hidup, akan tetapi juga kepada yang telah mendahului kita. Khususnya kepada kedua orang tua kita. Kita datangi kuburnya, kita doakan mereka dan kita kenang segala kebaikannya. Karena kadang pada hari-hari biasa, saat kita disibukkan dengan segala urusan kita, maka orang tua dan saudara-saudara kita yang telah meninggal terlupakan untuk sekedar kita doakan. Maka kesempatan mudik dan Idul Fitri memberikan kita untuk melakukan itu semua.

Dengan penguatan tali silaturahim melalui kunjung-mengunjungi, saling meminta maaf dan saling mendo’akan, maka tali ukhuwah Islamiyah juga akan ikut menguat. Dengan penguatan tali silaturahim, maka persaudaraan Islam juga akan semakin meningkat. Karena pada dasarnya kita sebagai sesama muslim adalah bersaudara.

Allah SWT berfirman :

Artinya : ”Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat (49) : 10)

Rasulullah saw juga bersabda :

Artinya : ”Perumpamaan orang yang beriman yang saling mencintai dan saling menyayangi serta saling mengasihi bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota menderita sakit, maka yang lain ikut merasakan sehingga tidak bisa tidur dan merasa demam”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Terjalinnya persaudaraan Islam yang kokoh akan mendukung terbentuknya masyarakat yang kuat. Masyarakat yang tidak mudah dipecahbelah dan diadu domba. Yaitu masyarakat yang saling menghargai dan penuh toleransi. Setiap perbedaan akan disikapi dengan cara yang dewasa, bukan dihadapi dengan cara emosi dan membesar-besarkan perbedaan dan pertentangan.

Masyarakat yang penuh suasana persaudaraan Islam adalah masyarakat yang lebih mengutamakan bekerja keras untuk berbuat kebajikan. Setiap orang disibukkan dengan berlomba-lomba dalam berbuat baik. Mereka saling tolong menolong dalam menyeru kepada yang ma’ruf dan menjauhi perbuatan nista dan cela. Setiap orang akan memanfaatkan apa yang dalam dirinya atau dimilikinya untuk memberi manfaat bagi sekelilingnya.

Masyarakat yang penuh persaudaraan Islam bukanlah masyarakat yang saling menonjolkan diri pada hal-hal yang tidak penting atau tidak berguna dan salah. Seperti berbangga-bangga tentang kekayaan, ketampanan dan kecantikan serta gaya hidup yang menyimpang dari Jalan Ilahi. Akan tetapi masyarakat yang lebih banyak berlomba untuk lebih banyak beribadah kepada Allah, lebih banyak beramal sholeh, berusaha keras untuk menafkahi keluarga dengan jalan yang halal dan senantiasa untuk mengukir prestasi positif dan memebrikan manfaat dalam kehidupan serta lingkungan sosial.

Semoga Momentum Idul Fitri ini akan memperbaiki seluruh tali silaturahim di antara keluarga kita, memperbaiki tali persaudaraan dengan tetangga kita dan tali persaudaraan di antara sesama umat Islam dan umat manusia pada umumnya. Amin

Marilah kita berdo’a bersama- sama :

Ya Allah, Ya Rabbana, kami yang berkumpul di majelis ini datang karena memenuhi seruan-Mu. Melaksanakan salah satu perintah-Mu, mensyiarkan agama-Mu dan mengagungkan Nama-Mu.

Ya Allah Ya Rabbana, segala pujian, takbir dan tahmid yang kami lafalkan semoga menjadi pengakuan kebesaran-Mu, Memuji segala kekuasaan yang ada pada-Mu dan Mensucikan segala kemuliaan-Mu.

Duhai Allah yang Maha Melihat,

Sungguh Engkau Tahu, betapa banyak kesalahan telah kami lakukan, betapa banyak kekhilafan dan kealpaan pernah kami perbuat, betapa banyak dosa-dosa pernah kami kerjakan. Baik yang diketahui orang lain, maupun dosa-dosa yang hanya Engkau Yang Mengetahui-Nya. Dosa-dosa yang kami kerjakan sejak kami masih kecil, dosa yang kami kerjakan pada masa remaja dan dosa yang kami lakukan hinggalah dewasa kini. Ampunilah semua dosa-dosa kami Ya Allah, Sebab, kepada siapa lagi kami hendak memohonkan Ampun, kecuali kepada Engkau Ya Allah. Meskipun kami diliputi dosa, kami memberanikan diri untuk memohonkan ampun kepada-Mu Ya Allah.

Ya Allah Yang Maha Menyaksikan,

Ampunilah dosa kedua orang tua kami, yang telah membesarkan dan mendidik kami sejak dari kecil sampai kami berumah tangga. Bahkan setelah berumah tanggapun kadang kami masih merepotkan mereka berdua. Kasihilah kedua orang tua kami yang telah melakukan berbagai pengorbanan demi kebahagian kami, meskipun kadang kami masih menyakitinya, meskipun kadang kami kurang memperhatikannya, meskipun kadang kami melukai hatinya. Apabila mereka berdua telah meninggal dunia Ya Allah, terangilah kuburnya, mudahkan hisabnya, bebaskan dosanya dan masukkanlah kedua orang tua kami ke dalam surga-Mu Ya Allah. Ya Allah maafkan dan ampuni kami, apabila pada hari ini tidak mampu mengunjungi orantua kami, karena kesulitan hidup kami.

Ya Allah Ya Rabbana, Ampunilah dosa kakak dan adik kami, dosa keluarga dan kerabat kami, baik yang dekat maupun kerabat yang jauh. Ampunilah dosa guru-guru kami, yang mengajari kami mengenal huruf hijaiyah, yang mengajari kami mengenal huruf latin dan mampu mengeja kata, yang mengajari kami berbagai pengetahuan, yang mengajari kami kesalehan dan ketakwaan, yang kadang-kadang namanya sudah kami lupakan. Yang mungkin pernah kami sakiti atau yang penah kami benci. Ampunilah dosa-dosa mereka Ya Allah, hapuskan dosa-dosa mereka karena kebaikan yang pernah diberikan kepada kami.

Ya Allah Ya Rabbana, Ampunilah dosa istri atau suami kami, Jadikanlah istri kami, istri yang shalihah. Jadikanlah suami kami suami yang shalih. Istri-istri yang tidak mengkhianati suaminya dan suami-suami yang tidak mengkhianati istrinya. Jadikanlah istri atau suami kami sebagai pemberi ketenangan dan kebahagiaan bagi kami, sekaligus pengingat kami, apabila kami lalai.

Ya Allah Ampunilah dosa anak-anak kami. Jadikanlah anak-anak kami, anak-anak yang shaleh, anak-anak yang cerdas, anak-anak yang berakhlak mulia dan anak-anak yang senantiasa berbakti kepada kedua orang tuanya. Anak-anak yang dapat menjadi pelanjut dakwah Islam, yang senantiasa mengajak kepada kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Jadikanlah kualitas anak-anak kami lebih baik dari generasi kami di hadapan-Mu Ya Allah.

Ya Allah Ya Rabbana, tanamkanlah jiwa persaudaraan di dalam dada kami. Sebuah semangat untuk saling mencintai dan menghargai dengan sudara-saudara kami demi mengharapkan cinta dan ridlo dari-Mu Ya Allah. Tanamkanlah semangat persaudaraan ke dalam dada kaum muslimin untuk bersama-sama meninggikan kalimat-Mu di muka bumi ini. Tanamkanlah semangat persaudaraan antar sesama pada bangsa Indonesia, baik rakyatnya, maupun para pemimpinnya, khususnya dalam menghadapi situasi aneka bencana baik bencana alam, bencana kecelakaan, maupun bencana sosial. Jauhkan kami dari pertentangan, dan dekatkan kami dalam mencari solusi untuk mengatasi masalah saudara-saudara kami dan bangsa kami.

Ya Allah pertemukanlah kami, orang tua kami, istri atau suami kami, anak-anak kami, keluarga, para guru dan para pemimpin yang shalih di surga nanti dengan para nabi dan rasul, para shiddiqiin, para shuhada serta para shalihin. Ya Allah masukkan kami ke dalam jannah-Mu.

Masjid Al-Muhajirian, Yayasan Al-Munawwarah

Bukit Pamulang Indah


Ahmad Juwaini


Rabu, November 28, 2007

Pemahaman Masyarakat Indonesia Terhadap Wakaf


Sejak zaman dahulu, yaitu sejak sebelum Islam masuk ke Indonesia, semangat, peran dan fungsi wakaf (walaupun waktu itu namanya [mungkin] bukan wakaf) telah dipraktikkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Setelah Islam datang, ajaran tersebut tidak dihilangkan bahkan lebih disempurnakan lagi, karena ternyata ajaran sesuai dengan ajaran Islam. Bukan hanya itu, dalam kegiatan adat pun ajaran semisal wakaf ternyata diajarkan, dan huma serang (di Cibeo Banten) adalah salah satu contohnya.

Sesuatu yang menjadi lebih unik adalah bahwa muslim Indonesia berwakaf dalam bentuk yang berbeda-beda dan dengan nama yang berbeda pula. Ada yang berwakaf tanah, kebun, bangunan dan benda mati lainnya seperti mushaf Al-Qur’an, sajadah, dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, istilah yang digunakan pun ternyata berbeda pula. Di Aceh disebut dengan wakeuh, di Gayo disebut dengan wokos, dan di Payakumbuh disebut dengan ibah.

Motivasi seseorang untuk berwakaf pun ternyata berbeda-beda. Paling tidak, ada dua motivator seseorang untuk berwakaf:

  1. Faktor ideologis. Wakaf adalah suatu ibadah yang dianjurkan oleh agama dan merupakan manipestasi dari keimanan seseorang. Dalam ajaran Islam, harta adalah asset yang diatur oleh pemiliknya, tidak malah sebaliknya, harta yang mengatur pemiliknya. Islam juga mengajarkan bahwa harta tidak dibenarkan hanya dikuasai oleh segelintir orang (Q.S. At-Taubah:103).
  2. Faktor sosial-ekonomis. Biasanya, zakat digunakan dalam hal-hal yang bersifat emergency dan kebutuhan dasar. Lalu bagaimana dengan pengembangan selanjutnya? Disinilah wakaf berperan. Ia menjadi modal untuk pengembangan dan mengatasi masalah sosial dan ekonomi kemasyarakatan.

Secara umum, pemahaman mayarakat muslim Indonesia terhadap wakaf banyak dipengaruhi oleh mazhab Syafiiyyah. Pemahaman tersebut antara lain:

  1. Wakaf dianggap cukup/sah dengan hanya ikrar lisani. Keluguan, kejujuran dan sikap saling percaya masyarakat Indonesia sangat berpengaruh dalam tata cara mereka berwakaf. Karena dasar itulah kebanyakan masyarakat muslim Indonesia menganggap cukup/sah wakafnya hanya dengan lisan saja tanpa ada hitam di atas putih, yang pada gilirannya menimbulkan persengketaan yang sulit dicari titik temunya.
  2. Hal lain yang sudah mereka fahami sejak dulu mengenai wakaf adalah bahwa wakaf harus memenuhi persyaratan antara lain:
    • Benda yang memiliki nilai guna. Tidak sah hukumnya berwakaf selain benda seperti hak-hak yang berkaitan dengan benda, seperti hak irigasi, hak pakai, dll.
    • Benda bergerak atau tidak bergerak yang kekal fungsi dan manfaatnya.
    • Benda yang diwakafkan harus jelas (tertentu ketika terjadi akad).
    • Benda yang akan diwakafkan berstatus al-milku at-tam dari si wakifnya.
  3. Kedudukan harta yang telah diwakafkan. Harta yang sudah diwakafkan sudah berubah kepemilikannya menjadi milik Allah dan umum, sehingga tidak dapat diperjual-belikan, diwariskan, digadaikan dan sebagainya.
  4. Maukuf alaih. Kebanyakan masyarakat muslim Indonesia berwakaf kepada:
    • Keluarga atau orang tertentu (wakaf ahli) yang ditunjuk wakif
    • Keagamaan atau kemasyarakatan (wakaf khairi)
  5. Boleh tidaknya menukar/menjual harta wakaf. Mayoritas wakif muslim Indonesia memegang teguh pendapat Imam Syafii yang tidak memperbolehkan penukaran harta wakaf dengan alasan apa pun.

Syarat Jual Beli


Syarat-syarat dalam jual beli selalu berhubungan dengan orang yang berakad (‘aqid) dan obyek akad (Ma’qud alaih).

Syarat ‘Aqid
  • Berakal. Tidak sah akadnya orang yang gila, mabuk, dan lain-lain. Ketika orang tersebut terkadang gila dan terkadang sembuh, maka ketika sembuh tersebutlah ‘akadnya dianggap sah.
  • Tamyiz. Maka tidak sah akadnya anak-anak yang belum mumayyiz.
Syarat Ma’qud ‘Alaih
  • Suci Dzatnya. Tetapi boleh menjual barang yang najis yang bermanfaat, asalkan bukan untuk makan dan minum atau masuk ke dalam tubuh manusia.
  • Bermanfaat. Maka tidak boleh menjual ular, umpamanya, kecuali bila ia bermanfaat seperti untuk untuk diambil kulitnya. Boleh juga memperjualbelikan gajah untuk sarana angkutan, dan burung untuk menyenangkan mata dan telinga kita, walaupun tidak dimakan. Tidak boleh memperjualbelikan anjing, kecuali anjing yang telah terlatih baik untuk berburu maupun sebagai penjaga. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh an-Nasa’I dari Jabir, bahwasanya Rasulullah saw dari harga anjing kecuali anjing pemburu.
Ada juga
  • Milik ‘Aqid. Bila terjadi akad, dan barangnya adalah bukan milik si ‘aqid (‘aqad fuduli), maka ada kemungkinan akad tersebut sah, tetapi ada juga kemungkinan akad tersebut tidak sah. Bila sang pemilik ternyata mengizinkan, maka sah. Bila tidak, maka tidak sah.
  • Dapat diserahkan dengan jelas. Tidak boleh hukumnya memperjual belikan sesuatu yang tidak jelas sehingga sulit untuk diserahterimakan seperti memperjualbelikan ikan yang masih ada di dalam kolam.
  • Barang dan harganya diketahui. Bila menjual barang yang tidak ada di tempat transaksi, maka sifat dari barang tersebut harus diceritakan dengan benar. Bila sesuai, maka sah. Bila tidak, maka ada hak khiyar.
  • Serah terima.