Rabu, April 30, 2008

Kisah Tiga Pemuda

Ketika tiga orang pemuda sedang bepergian, mereka tertahan oleh hujan dan mereka berlindung di dalam sebuah gua pada sebuah gunung. Sebongkah besar batu jatuh dari gunung melewati mulut gua tersebut dan menutupnya...

Ketika tiga orang pemuda sedang bepergian, mereka tertahan oleh hujan dan mereka berlindung di dalam sebuah gua pada sebuah gunung. Sebongkah besar batu jatuh dari gunung melewati mulut gua tersebut dan menutupnya. Mereka berkata satu sama lain, 'Pikirkanlah perbuatan baik yang pernah engkau lakukan di jalan Allah, dan berdoalah kepada Allah dengan menyertakan perbuatan-perbuatan itu sehingga Allah akan membebaskanmu dari kesulitan yang kau hadapi.' Salah satu di antara mereka berkata, 'Ya Allah! Aku memiliki kedua orang tua yang telah tua renta, dan aku memiliki anak-anak yang masih kecil yang aku telah memberikan susu yang aku miliki kepada kedua orang tuaku terlebih dulu sebelum memberikannya kepada anak-anakku. Suatu hari, aku pergi jauh untuk mencari tempat merumput (bagi domba-dombaku), dan tidak kembali ke rumah hingga larut malam dan menemukan kedua orangtuaku sedang tidur. Aku mengisi persediaan makanan dengan susu seperti biasanya dan membawa bejana susu tersebut serta meletakkannya di atas kepala mereka, dan aku tidak ingin membangunkan mereka dari tidurnya, dan aku pun tidak ingin memberikan susu tersebut kepada anak-anakku sebelum orang tuaku, walaupun anak-anakku sedang menangis (kelaparan) di bawah kakiku. Maka keadaanku dan mereka tersebut berlanjut sampai dini hari. (Ya Allah!) Apabila Engkau menganggapnya sebagai perbuatan yang kulakukan semata-mata hanya karena Engkau, maka tolonglah bukakan sebuah lubang agar kami dapat melihat langit.' Maka Allah membukakan untuk mereka sebuah lubang yang dengannya mereka dapat melihat langit.

Kemudian pemuda yang kedua berkata, 'Ya Allah! Aku memiliki seorang saudara sepupu yang aku cintai seperti halnya gairah seorang pria mencintai seorang wanita. Aku telah mencoba merayunya tetapi ia menolak hingga aku membayarnya sebanyak seratus dinar. Maka aku pun bekerja keras sampai dapat mengumpulkan seratus dinar dan aku pergi menemuinya dengan uang itu. Namun ketika aku duduk di antara kedua kakinya (untuk melakukan hubungan seksual dengannya), ia berkata: Wahai hamba Allah! Takutlah kepada Allah! Jangan merusakku kecuali dengan cara yang sah (dengan perkawinan)! Maka aku pun meninggalkannya. Ya Allah! Apabila Engkau menganggapnya sebagai perbuatan yang kulakukan demi Engkau semata, maka biarkanlah batu tersebut bergerak sedikit lagi untuk mendapatkan lubang yang lebih besar.' Maka Allah menggeser batu tersebut untuk menjadi lubang yang lebih besar.

Dan pemuda yang terakhir (ketiga) berkata, ‘Ya Allah! Aku mempekerjakan seorang budak dengan upah sebanding dengan satu Faraq beras, dan ketika ia telah selesai dengan tugasnya, ia meminta upah, tetapi ketika aku memberikan upah kepadanya, ia menyerah dan menolak untuk menerimanya. Kemudian aku tetap memberikan beras tersebut kepadanya (beberapa kali) hingga aku dapat membeli dengan harga hasil produksi, beberapa ekor sapi dan gembalanya. Setelah itu, budak tersebut datang kepadaku dan berkata: (Wahai hamba Allah!) Takutlah kepada Allah, dan jangan berbuat tidak adil kepadaku dan berikanlah upahku. Aku berkata (padanya): Pergilah dan ambillah sapi-sapi itu beserta gembalanya. Maka ia pun mengambilnya dan pergi. (Maka, Ya Allah!) Apabila Engkau menganggapnya sebagai perbuatan yang kulakukan semata-mata demi Engkau, maka geserlah bagian yang tersisa dari batu tersebut.’ Maka kemudian Allah membebaskan mereka (dari kesulitannya) dan batu tersebut telah berpindah seluruhnya dari mulut gua tersebut.

(HR. Bukhary)